MENCARI PEMIMPIN TRANSFORMASIONAL

 Opini  Publik 




Citra Syuhada SH
Aktifis/ Intelektual muda
Deli Serdang 


Parnadaily.com,

Minggu,19 Oktober 2025


Sejak Pemilu 2024, dan Pilkada di awal tahun 2025 usai, sosok-sosok pejabat baru bermunculan. Mulai dari jabatan anggota Dewan terpilih di ranah Legislatif DPR RI hingga ke DPRD tingkat II. Dilanjutkan dengan Pilkada yang tak sedikit Pejabat-pejabat baru bermunculan di ranah eksekutif dari Presiden sampai ke Bupati/walikota. Tentu menjadi hal yang menarik ketika melihat pemangku kekuasan diisi oleh sosok-sosok baru yang punya harapan besar terhadap kondisi negara melalui partai politik dan visi-misi setiap calon di ranah jabatan eksekutif.


Jabatan politik itu memang sangat menjanjikan sekaligus membuktikan bahwa jabatan politik sangat berpengaruh bagi keberlangsungan ekosistem masyarakat. Semua tindak-tanduk masyarakat dalam urusan publik dapat ditentukan oleh sikap dan kebijakan politik melalui jabatannya. Sikap dan kebijakan politik itulah yang harusnya menjadi nilai yang harusnya dapat dipegang teguh oleh politikus-politikus yang ada di tanah air kita tercinta ini. Mengedepankan kemampuan daya serap yang baik,

 menghimpun berbagai kondisi realitas masyarakat yang ada lalu di ramu menjadi kebijakan yang basisnya adalah kepentingan rakyat. Sayangnya, sampai detik ini belum ada yang menonjol artinya dengan serius mengedepankan kepentingan rakyat sebagai poin utama dalam menyelenggarakan sistem pemerintahan saat ini.

Pemimpin, di ranah eksekutif dengan berbagai kepentingannya, saat ini belum ada yang benar-benar berpihak pada kepentingan rakyat. Bagaimana rakyat bisa sejahtera? Agenda-agenda formal sangat banyak ditonjolkan namun pada kenyataannya tidak ada yang berdampak nyata bagi rakyat kecil. Rakyat kecil tetap mengais-ngais kebutuhan dengan berbagai cara dan upaya yang bisa dilakukan.


Ada sosok pemimpin yang bernama Deng Xiaoping yang dijuluki sebagai Arsitek Perekonomian China Modern. Perubahan yang dilakukan Deng Xiaoping diawali dengan "Restrukturisasi Kepemimpinan Partai". Hal ini untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di domestik pada saat itu, Deng Xiaoping dan teman-temannya menetapkan sebuah struktur kepemimpinan baru menjadi aturan waktu (Vogel, 2011). Adapun reformasi yang dilakukan Deng Xiaoping fokus pada 4 bidang utama yaitu, pendidikan, teknologi, ekonomi, industri, dan pemeliharaan nasional (Pradana ME 2022). Sebuah transformasi yang elegan dengan menempatkan program sesuai dengan kebutuhan bangsa dan negara. 

Deskripsi dalam 4 bidang program Deng Xiaoping tidak bisa saya jelaskan disini. Adalagi tokoh seperti Mahatma Gandhi, di Indonesia ada Tri Rismaharini, dan lain sebagainya. Mereka yang mampu menyadari bahwa adanya jabatan yang diemban, menyebabkan mereka harus bertransformasi mewujudkan kehidupan masyarakat yang tidak tertinggal. Mereka adalah pemimpin, mereka bukan sekadar seorang pejabat, namun mereka adalah sosok pemimpin. Sosok pemimpin yang banyak memahami kondisi dan situasi daripada rakyatnya yang harusnya memang disadari oleh tiap-tiap pemimpin.


Sampai hari ini, sepertinya kita belum menemukan lagi sosok pemimpin yang mampu bertransformasi menjawab tantangan zaman. Kita hanya melihat seorang pejabat, bukan seorang pemimpin. Pemimpin yang dimaksud adalah pemimpin yang tidak lebih mementingkan pencitraannya daripada pekerjaannya yang serius dengan kebijakan programnya.


 Apalagi ditambah dengan zaman digital hari ini, banyak Pejabat-pejabat yang memanfaatkan media sosial sebagai salah satu pusat branding bagi dirinya. Pejabat-pejabat yang memanfaatkan media sosial salah satu tempat bertukar informasi melalui akun-akun yang dibuatnya itu justru tidak secara eksplisit menjelaskan apa yang ia lakukan. Hanya ada gimmick-gimmick yang tidak jelas kemana arahnya. 


Seperti bermain seni peran yang sebenarnya bukan ramahnya. Sehingga tidak ada kematangan dalam mengambil tindakan. Tindakan-tindakannya tetap sama, dengan menjalankan kegiatan formalitas seremonial yang dirancang untuk menjadi Borjuis.


Kita pasti mengira bahwa pemimpin transformasional selayaknya lahir dari orang-orang yang gemar berdiskusi, berliterasi, tidak menetapkan kebijakan sepihak. Mampu bernegosiasi, memecahkan masalah, mengambil kebijakan yang tidak populis, dan yang paling penting dapat meringankan penderitaan rakyat. 

Bukan malah cepat memahami kepentingan-kepentingan elit borjuis-kapitalis.


Mencari pemimpin transformasional.



Citra Syuhada, SH

Aktivis/Intelektual Muda ( h3ru)

0 Komentar

Tinggalkan Pesan Anda Disini

Tag Terpopuler